Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

THORIQOH SYATORIYAH


 - KONSEP AJARAN TASAWUF SYATHORIYAH -


Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu/metode untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, dan menjaga amal dari segala sesuatu yang dapat membinasakannya serta mendidik dhohir dan bathin untuk memperoleh kebahagian yang haqiqi.
para pengamal ajaran Tasawuf ini merekalah yang disebut sebagai ahli sufi.

- Konsep Ketuhanan Dalam ajaran TAUHID Tasawuf Syathoriyah

  Baca juga: kisah nabi adam as.

Berbicara tentang ketuhanan dalam kaitannya dengan tasawuf segera timbul pertanyaan mengapa justru Tuhan yang menjadi tema utamanya...? Jawaban dari pertanyaan ini dikembalikan lagi kepada esensi dari ajaran tasawuf, yakni mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah. Dekatnya Allah dengan manusia dijelaskan oleh Al-Qur’an

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ - ١٨٦
Artinya :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.( Wa Al-Baqoroh ayat :186 )

Berdasarkan ayat suci Al-Qur'an di atas maka inilah tujuan utama dari pada Ahli Tasawuf Syathoriyah yakni untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah sang maha pencipta dengan sedekat dekatnya. Karena tiadalah kebahagiaan yang sesungguhnya melainkan dapat mendekatkan diri dan mengenali Allah dzat maha suci sehingga melahirkan rasa mahabbah di hati seorang hamba.

- Manusia Dalam konsep Tasawuf Syathoriyah

Menurut para Ahli tasawuf bahwa Konsep kejadian manusia sama dengan konsep al-Qur’an yang ditafsirkan secara maknawiyah oleh imam Al-Ghazali.
Imam Al gozali meninjau dimensi rohani manusia menjadi 4 kekuatan, yakni :

a. Qolbu, berarti segumpal daging yang berbentuk seperti buah kayu sanubari di Syurga yang terletak pada dada sebelah kiri .
Di dalamnya terdapat lubang-lubang ,Secara psikis, qolbu berarti sesuatu jisim yang Latif yang halus, rohani yang berasal dari alam ketuhanan.

b. Ruh, secara biologis ialah tubuh halus yang bersumber dari lubang qolbu yang tersebar keseluruh tubuh dengan perantaraan urat-urat.

c. Nafs, merupakan kekuatan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia, yang selalu mengajak kepada kejahatan yang harus dilawan dan diperangi.

d. Akal, ialah pengetahuan tentang hakikat segala keadaan.

Menurut ahli tasawuf syathoriyah agar manusia mengenal tuhannya maka harus mempunyai pengetahuan tentang dirinya, kwallitas-kwalitas dan tabiat manusia (insaniyah) dan rahasia-rahasia didalamnya, karena seseorang yang tidak mengenal dirinya, akan lebih sulit mengenal Tuhannya.
من عرف نفسه فقد عرف ربه
“barangsiapa mengenal dirinya sendiri maka ia akan mengenal tuhannya”.

Dalam ajaran tasawuf syathoriyah untuk mengendalikan nafsu rendah itu dilakukan dengan mujahadah dan riyadhoh dengan melalui 3 tahapan yakni takhalli, tahalli, tajalli.

- pandangan Ahli Tasawuf Syathoriyah tentang Dunia

Ilmu tasawuf adalah sebagai bagian dari aspek ajaran islam, para ahli Tasawuf memandang dunia ini adalah sebagai hijab (penghalang), untuk sampainya seorang hamba kepada tuhannya.
Untuk itu dia harus menghindarinya agar dia bisa ma’rifat dan bertemu dengan-Nya.
Sikap menghindari dunia ini dalam ajaran tasawuf disebut zuhud. Dalam tasawuf, sikap zuhud adalah menempati posisi maqom yang sangat penting.
Pentingnya posisi zuhud dalam tasawuf ialah karena melaui maqom zuhud seorang sufi akan membawa dirinya pada kondisi pengosongan qolbu dari selain Allah dan terpenuhinya dengan dzikir Allah.
Dengan demikian, dalam pandangan tasawuf dunia dan Tuhan tidak bisa berada dalam satu qolbu secara bersamaan.
Dengan demikian, zuhud merupakan salah satu upaya menata hati untuk memahami bahwa kehidupan ini hanyalah sekedar sarana bukan tujuan. Hati tidak boleh terpikat olehnya. Dunia diambilnya adalah hanya sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt.
Pandangan seperti inilah yang dijadikan pegangan bagi ahli tasawuf terhadap ayat al-Qur’an :

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ‎.

Artinya :
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
( QS al-Hadid ayat :20 )

- Ahlak dalam ajaran Tasawuf syathoriyah-

Dalam pandangan ahli tasawuf bahwa manusia selalu cenderung mengikuti hawa nafsunya. Manusia selalu dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu pribadi, bukan manusia yang mengendalikan hawa nafsunya. Pandangan seperti itu menjurus kearah pertentangan manusia dengan sesamanya, sehingga ia lupa akan wujud dirinya sebagai hamba Allah yang harus berjalan diatas aturan-aturannya. Sebenarnya manusia tidak dapat mematikan nafsunya, akan tetapi ia harus menguasainya dan mendisdiknya agar nafsu itu tunduk dan tidak sampai membawa pada kejahatan dan berujung pada kesesatan. Tindakan manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsu dalam mengejar kehidupan duniawi merupakan tabir penghalang antara manusia dan Allah.
Oleh sebab itu para Ahli tasawuf membuat suatu sistem yang tersusun atas dasar didikan tiga tingkat, sebagai berikut :

a. Takhalli
Berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir dan maksiat batin. Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi.
Menurut para sufi, kemaksiatan pada dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu maksiat lahir dan maksiat batin.

- Maksiat lahir ialah segala sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan, mulut, mata.
- Maksiat batin adalah segala sifat tercela yang diperbuat oleh anggota bathin.
Membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela bagi ahli sufi dianggap penting, karena sifat-sifat itu merupakan najis maknawi (najasah ma’nawiyah).

Bahkan Kelompok sufi yang ekstrim berkeyakinan bahwa kehidupan dunia benar-benar sebagai racun pembunuh untuk kelangsungan cita-cita seorang sufi.
Maksiat bathin yang terdapat pada manusia tentulah lebih berbahaya lagi karena ia tidak kelihatan seperti maksiat lahir, dan kadang-kadang kurang disadari. Maksiat bathin inilah yang lebih sukar untuk dihilangkan.

b. Tahalli
Yakni mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji dengan taat lahir dan taat batin. Tahalli juga berarti menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Tahalli ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli.

c. Tajalli
Tajalli berarti terungkapnya nur gaib untuk hati. Karena itulah setiap calon sufi mengadakan latihan-latihan jiwa (riyadah) untuk berusaha membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat-sifat keji, melepaskan segala sangkut paut duniawi lalu mensisis dirinya dengan sifat-sifat terpuji. Seluruh jiwa (hati) hanya semata-mata untuk memperoleh tajalli, untuk menerima pancaran nur illahi.

- Jalan kepada Allah menurut ajaran tasawuf syathoriyah

Menurut para ahli Tasawuf bahwa jalan kepada Allah itu, terdiri dari dua usaha :

1. Mulazamah yaitu qolbi harus terus menerus berada dalam ingatan dzikir kepada Allah.

2. Mukhalafah yaitu terus menerus menghindarkan diri dari segala sesuatu yang dapat melupakan Allah.

Untuk memperdalam rasa cinta ketuhanan maka ada beberapa cara yang diajarkan oleh para ahli Tasawuf antara lain :

a. Munajat
Secara sederhana kata ini mengandung arti mengadukan diri kehadirat Allah atas segala aktifitas yang dilakukan. Dalam munajat itu disampaikan segala keluhan, mengadu nasib dengan untaian kalimat yang indah seraya memuji keagungan Allah. Munajat biasa dilakukan dalam suasana keheningan malam seusai sholat tahajud, agar segala ekspresinya tertuju kehadirat ilahi.

b. Muraqabah dan muhasabah

Muraqabah merupakan pokok pangkal kebaikan, dan hal ini baru dicapai oleh seseorang apabila sudah mengadakan muhasabah (memperhitungkan) terhadap amal perbuatan sendiri. Jadi, muraqabah merupakan hasil dari pengetahuan dan pengenalan seseorang terhadap Allah, hukum-hukumnya dan ancaman-ancamannya.
Imam Ghazali berkata, dampak dari muraqabah bagi kehidupan manusia adalah meningkatkan sikap mental, tersingkap dan terhindar dari yang meragukan dan selalu taat pada Allah.

Yang dimaksud dengan muhasabah adalah selalu memikirkan dan memperhatikan apa yang telah diperbuat dan yang akan diperbuat dan muhasabah ini lahir dari Iman dan kepercayaan terhadap hari kiamat.

c. Memperbanyak wirid dan dzikir.

Wirid merupakan bentuk jamak dari awrad berarti bacaan-bacaan dzikir, doa-doa atau amalan-amalan lain yang dibiasakan membacanya atau mengamalkannya.
Wirid juga dapat diartikan sebagai sholat-sholat sunnah sebagai tambahan dari sholat wajib yang dilakukan oleh orang mukmin yang sholeh pada waktu tertentu, dan rutin tiap hari.

Dalam prakteknya, wirid dibagi menjadi 2 bagian :

1. Wird ‘amm atau dzikr jahri, yaitu wirid dalam formula eksotrik atau dalam bentuk amal lahir seperti membaca istighfar beberapa ratus kali.

2. Wird khusus atau dzikr sirr, yaitu wirid yang dilakukan secara rahasia (tanpa suara) seperti menyebut asma Allah.
Kemudian yang dimaksud dzikr ialah ucapan yang dilakukan dengan lisan atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan untuk mensucikan Allah dan membersihkannya dari sifat-sifat yang tidak layak baginya, selanjutnya memujinya dengan pujian-pujian dengan sifat-sifatnya yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan keagunganNya.

Menurut para ahli sufi, dzikir dibagi menjadi 3 tingkatan :

1 Dzikr lisan atau disebut dengan dzikir nafi itsbat, yaitu ucapan laailahaillallah (tiada tuhan selain Allah)

2 Dzikir qolbu, yaitu zikir menyebutkan Asma Allah , Allah , Allah didalam hati.

3 Dzikir sirr ( ghoib) , disebut juga dzikir syarat dan nafs, yaitu berbunyi hu hu. Biasanya sebelum sampai ketingkat dzikir ini orang sudah fana’.

Dzikir adalah suatu perintah Allah yang memang penting bagi kehidupan manusia sepanjang hidupnya, karena manusia dalam hidup ini tidak terlepas dari 4 keadaan, yakni keadaan taat, dalam keadaan maksiat, dalam keadaan memperoleh nikmat, dan dalam keadaan menderita.

d. Mengingat mati

Salah satu ajaran dalam Tasawuf Syathoriyah yaitu: selalu mengingat mati , Karena Manusia sering lupa bahwa hidup ini terbatas waktunya, lambat atau cepat ia harus kembali menghadap kehadirat Allah untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya.
Untuk membangkitkan kesadaran manusia terhadap tugas dan kewajibannya selama didunia, maka salah satu cara dengan selalu mengingat mati. Orang yang selalu ingtat mati akan merasa takut, dan rasa takut itulah yang mendorongnya untuk bertobat.

e. Tafakkur

Kata tafakkur (bahasa arab) berasal dari kata kerja (fiil) tafakkara yang berarti berfikir, memikirkan, merenungkan atau meditasi.
Menurut kaum sufi, tafakkur merupakan suatu jalan untuk memperoleh pengetahuan tentang tuhan dalam arti yang hakiki.
Jadi, orang awam mengatakan bahwa tafakkur (pengertian, pemahaman, pemikiran dan perenungan) sebagai jalan untuk mengenal tuhan dilakukan melalui akal yang berpusat dikepala, maka orang-orang sufi mengatakan bahwa hal itu dilakukan melalui qolbi ( hati ) yang bertempat di dalam dada.

Inilah inti dari ajaran Tasawuf Syathoriyah yaitu: menggabungkan kesucian amal dan kesucian jiwa. Karena seseorang tidak akan bisa mendekatkan dirinya kepada Allah hanya dengan amalan amalan yang ia kerjakan , namun ia juga harus membersihkan jiwanya sebagai syarat utama untuk kembali kepada Allah.
Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an

هُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ‎
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.
( Q.S. Al-Baqarah ayat :222 )
Buka dalam buku risalah syathoriyah ( jauharotus salikiin )

Post a Comment for "THORIQOH SYATORIYAH"